Salah satu hal yang sangat penting diketahui oleh para pelaku bisnis DS/MLM adalah cara mendeteksi program-program skema piramid atau money game.
Inilah musuh utama para pelaku DS/MLM yang berdasarkan catatan sejarah telah memakan jutaan korban di seluruh dunia. Kerugiannya pun bernilai triliunan dan selalu ‘patah tumbuh hilang berganti’. Tidak saja memakan korban, program ilegal ini juga menjatuhkan citra positif industri DS/MLM. Oleh sebab itu, keterampilan atau kemampuan mengenali skema piramid dan money game harus dikuasai dengan baik oleh pebisnis DS/MLM. Tujuannya jelas, agar tak satu pun pebisnis DS/MLM yang sungguh-sungguh terjebak atau menjadi korban berikutnya.
Sesungguhnya ada beberapa prinsip dasar yang bisa dijadikan pegangan untuk mengenali dan membuka kedok skema piramid dan money game. Berikut di antarnya:
1. Janji Penghasilan Besar
Ciri utama skema piramid dan money game adalah menjanjikan penghasilan yang sangat besar, dengan modal tak seberapa dibanding kelipatan hasilnya dalam waktu cepat, serta dengan usaha yang hampir nol.
Misalnya, sebuah program money game menjanjikan keuntungan hingga 300% dalam waktu enam bulan. Sementara pada saat yang sama, bunga bank hanya berkisar 10-15% setahun. Uang yang ditanam dijanjikan akan kembali berlipat-lipat dalam waktu sangat cepat. Terkadang memang harus ada usaha tertentu yang harus dilakukan untuk terpenuhinya syarat mendapatkan hasil sebagaimana yang diinginkan.
Namun, program semacam ini selalu menggoda mangsanya dengan cara memunculkan kesan bahwa uang besar itu bisa didapat dengan sangat mudah.
2. Fokus Merekrut
Khususnya pada program skema piramid, merekrut adalah kewajiban mutlak jika seorang peserta ingin mendapatkan hasil besar. Tidak seperti bisnis DS/MLM yang menjadikan rekrut sebagai strategi untuk memperkuat organisasi penjualan.
Merekrut di program skema piramid atau money game digunakan sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan penghasilan. Oleh sebab itu, jika tidak ingin rugi maka rekrut adalah wajib. Mengapa? Karena rekrut adalah sumber utama penghasilan program piramid. Artinya, para pendaftar belakanganlah yang harus membayar penghasilan peserta sebelumnya, begitu seterusnya. Sebab itu, seperti kata pakar money game Ir. Widarto Wirawan, jika seseorang yang ikut sebuah program merasa rugi bila tidak merekrut, maka dia perlu waspada karena bisa jadi yang bersangkutan sudah terjebak dalam skema piramid.
3. Kedok Produk
Skema piramid dan money game, sama seperti bisnis DS/MLM murni, juga memiliki produk. Tetapi jangan salah sangka. Produk skema piramid dan money game ditujukan sebagai kedok atau kamuflase belaka bagi program penipuannya.
Bukan sepenuhnya ditujukan untuk memberi manfaat maksimal bagi konsumen. Oleh karenanya, banyak produk-produk yang dijual itu rendah kualitasnya dan harganya sudah di- mark up sedemikian rupa agar memberikan keuntungan maksimal bagi si penyelenggara. Di Indonesia, barang seperti kaos oblong, jeans, jam tangan, lukisan, koin, dll, pernah dijadikan kedok oleh pelaku skema piramid dan money game.
Di luar negeri, produk yang dijadikan kedok antara lain sertifikat, keanggotaan klub, website, koin, kartu telepon, dll.
4. Heboh di Awal
Hampir semua program skema piramid dan money game bersekala besar dipromosikan secara menghebohkan di awal-awalnya. Untuk menarik minat banyak orang, tak jarang tokoh-tokoh penting (pejabat/mantan, selebritis, pemuka agama/masyarakat, akademisi) dipasang sebagai pengurus, anggota, atau peng- endorse program tersebut.
Orang-orang inilah yang mengabsahkan ketiga poin sebelumnya supaya calon peserta merasa aman dan kemudian berlomba-lomba menanamkan uangnya. Tak mengherankan jika di awal operasinya akan banyak sekali orang bergabung di program ini. Kemudian sedikit-demi sedikit anggota baru menyusut seiring dengan ketidakmampuan penyelenggara untuk membayar janji-janji atau karena sebab-sebab ketidakberesan lainnya.
5. Pasti Runtuh
Dengan perhitungan matematika sederhana, maka tidak akan ada program skema piramid dan money game yang bisa bertahan lama. Sebab, semakin lama program ini beroperasi, maka semakin besar pula beban yang harus mereka bayar kepada peserta. Alhasil, strategi ‘pemadam kebakaran’ yang hampir pasti dipakai untuk menyiasati situasi itu adalah dengan mengubah peraturan, menunda pembayaran, mengurangi persentase hasil, menolak mengembalikan investasi, memberikan program baru dengan iming-iming lebih besar (untuk menunda penarikan uang), atau malah kabur ke luar negeri dan melarikan modal yang sudah terkumpul. Inilah yang terjadi pada kasus money game ala BMA, Promail, dan terakhir Probest.
* Edy Zaqeus adalah penulis buku-buku best seller dan editor INFO APLI.